Media-AnakNegeri // Lampung — Dalam seminggu terakhir, Turki berada dalam sorotan setelah melakukan serangan balasan terhadap Partai Pekerja Kurdistan (PKK). Serangan tersebut adalah respon atas aksi kekerasan yang dilaporkan menargetkan kantor pusat Turkish Aerospace Industries (TUSAS) di Ankara.
Pemerintah Turki dengan tegas menyalahkan PKK sebagai pelaku serangan, yang mengakibatkan Turki melancarkan serangan udara ke Irak utara dan Suriah, menewaskan setidaknya 27 orang. Akan tetapi, ketika perhatian umat Muslim dunia tertuju pada Gaza, di mana korban tewas telah mencapai puluhan ribu, Turki tampak bungkam.
Respons Cepat ke PKK: Sikap Tegas atau Berlebihan?
Serangan yang terjadi di Ankara dinilai sebagai serangan langsung terhadap kedaulatan Turki, yang kemudian memicu serangan balasan tanpa menunggu proses diplomasi atau investigasi mendalam. Turki, yang menganggap PKK sebagai kelompok teroris, telah berulang kali melakukan serangan udara ke kawasan yang diduga sebagai basis PKK di Irak utara dan Suriah. Dalam kasus terbaru ini, Turki hanya butuh waktu kurang dari sehari untuk mengirim pesawat tempur dan menjatuhkan bom, menewaskan puluhan orang.
Para kritikus mempertanyakan kebijakan agresif Turki, yang dianggap menunjukkan sikap berlebihan dan kurang mempertimbangkan risiko bagi warga sipil. Sejumlah laporan menyebutkan bahwa serangan udara ini juga mengenai area pemukiman penduduk yang tidak memiliki keterkaitan langsung dengan aktivitas PKK. Bagi masyarakat internasional, tindakan semacam ini dipandang sebagai pelanggaran terhadap hak asasi manusia, dan mendorong kecaman dari berbagai organisasi hak asasi manusia.
Gaza yang Terkoyak: Diamnya Turki Memicu Kritik
Di tengah serangan-serangan udara yang terus-menerus dilancarkan Israel ke Gaza, jumlah korban jiwa telah meningkat drastis. Data terakhir menunjukkan lebih dari 43.000 warga Palestina, termasuk wanita dan anak-anak, kehilangan nyawa dalam konflik ini.
Namun, di tengah tragedi kemanusiaan ini, Turki tampak pasif. Pemerintah Turki memang telah mengeluarkan pernyataan yang mengutuk kekerasan di Gaza, tetapi pernyataan ini terasa lemah dibandingkan aksi militer cepat yang mereka tunjukkan terhadap PKK.
Kritik datang dari berbagai kalangan, khususnya dari kelompok Muslim yang merasa kecewa dengan kurangnya tindakan nyata dari Turki dalam membantu rakyat Palestina. Gaza, sebagai salah satu wilayah dengan populasi Muslim terbesar yang tengah mengalami krisis kemanusiaan, dianggap sebagai simbol persaudaraan umat Islam.
Sebagian besar umat Muslim berharap Turki dapat mengambil sikap yang lebih tegas untuk menunjukkan solidaritas terhadap saudara-saudaranya di Palestina, sama seperti mereka tegas terhadap PKK.
Dilema Kebijakan Luar Negeri Turki
Turki menghadapi dilema dalam menentukan kebijakan luar negeri mereka, terutama dalam menyeimbangkan hubungan dengan dunia internasional. Sebagai anggota NATO, Turki berusaha menjaga hubungan baik dengan negara-negara Barat, yang seringkali mendukung Israel dalam konflik di Timur Tengah.
Hal ini mengakibatkan Turki berada dalam posisi sulit; satu sisi mereka ingin tampil sebagai pemimpin dunia Islam, tetapi di sisi lain mereka harus mempertimbangkan kepentingan nasional dan aliansi politik internasional.
Situasi ini memperlihatkan perbedaan sikap Turki dalam merespons isu domestik dan internasional. Ketika berhadapan dengan isu internal atau ancaman langsung seperti PKK, Turki sigap melakukan tindakan militer. Namun, ketika menyangkut konflik di luar perbatasan, terutama yang menyangkut Israel dan Palestina, sikap Turki terlihat lebih berhati-hati.
Refleksi Umat Muslim: Kebutuhan Akan Kepemimpinan yang Berpegang pada Islam
Banyak yang mempertanyakan, mengapa ketika menghadapi kelompok yang dianggap musuh internal seperti PKK, Turki bertindak cepat dan tegas, tetapi ketika menyangkut penderitaan sesama Muslim di Palestina, Turki hanya mengeluarkan pernyataan tanpa tindakan yang berarti? Pertanyaan ini menimbulkan refleksi di kalangan umat Muslim mengenai kebutuhan akan pemimpin yang benar-benar berkomitmen pada keadilan yang sesuai dengan nilai-nilai Islam.
Sebagian kelompok mengungkapkan pandangan bahwa hanya Khilafah Rashidah yang mampu membawa keadilan sejati di bumi ini. Konsep Khilafah sendiri merujuk pada pemerintahan yang didasarkan pada hukum-hukum Islam dan kepemimpinan yang bertanggung jawab di hadapan Allah. Dengan adanya Khilafah, umat Muslim berharap akan adanya pemimpin yang tidak terpengaruh oleh kepentingan politik global, tetapi yang memprioritaskan kesejahteraan umat Islam di seluruh dunia.
Harapan Umat terhadap Tindakan Nyata
Pada akhirnya, umat Muslim di seluruh dunia berharap agar Turki dan negara-negara berpenduduk mayoritas Muslim lainnya tidak hanya mengeluarkan pernyataan-pernyataan retorik, tetapi juga mengambil tindakan nyata dalam membantu rakyat Palestina.
Krisis di Gaza adalah ujian kemanusiaan yang membutuhkan aksi nyata, dan sebagai negara yang memiliki kekuatan militer yang kuat, Turki sebenarnya memiliki posisi untuk melakukan lebih dari sekadar mengutuk.
Turki saat ini berada di persimpangan jalan. Jika ingin mempertahankan citra sebagai pemimpin dunia Muslim, Turki diharapkan dapat memperlihatkan tindakan yang lebih nyata dalam membela Palestina, sebagaimana mereka tegas dalam menghadapi PKK.Red