KH. Sukandar Ghazali: Khilafah tidak bisa di pungkiri, itu sejarah!

oleh

Media-AnakNegeri, Bekasi, 31 Agustus 2024 — Dalam sesi terakhir acara “Dialog Anak Negeri” yang diselenggarakan di Islamic Center Bekasi, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Bekasi, KH. Sukandar Ghazali, mengungkapkan pandangannya mengenai acara tersebut dan memberikan masukan kepada Khilafatul Muslimin. 

Dalam pernyataannya, KH. Sukandar Ghazali menyampaikan harapannya kepada panitia acara, “Mungkin cita-cita apa yang diharapkan itu nanti bisa terjadi.” Beliau juga mengapresiasi pelaksanaan dialog ini dan berharap kegiatan seperti ini dapat berlanjut, bukan hanya sebagai pertemuan sekali saja. 

“Selamatlah, sukses pertemuan hari ini. Kalau bisa jangan hanya pertemuan sekali ini, jenjangnya dikondisikan sehingga kita nanti tidak dianggap semacam eksklusif, sehingga tidak ada lagi orang yang mencibir tentang persepsi yang negatif dan tidak menimbulkan rasa curiga, dengan adanya acara dialog ini sudah bagus karena Khilafatul Muslimin sudah muncul ke permukaan,” ungkap KH. Sukandar.

Ketika ditanya oleh awak media mengenai pandangannya terhadap Khilafatul Muslimin, KH. Sukandar Ghazali menyampaikan bahwa konsep khilafah memang merupakan bagian dari sejarah Islam. “Yaa Itu tadi, memang kalau itu tidak bisa dipungkiri, itu sejarah! Nabi melakukan itu khilafah, diteruskan 4 sahabat itu khilafah, dan tabi’in serta tabi’ut tabi’in itu khilafah juga. Persoalanny sekarang di berbagai negara, termasuk negara ini menggunakan pola sistem demokrasi,” jawab KH. Sukandar.

Pernyataan ini mencerminkan pandangan KH. Sukandar yang berusaha memahami konteks sejarah. Ia mengajak semua pihak untuk berdiskusi agar tidak menimbulkan kecurigaan atau persepsi negatif di tengah masyarakat.

Dengan demikian, perbedaan pandangan dapat diatasi melalui dialog yang konstruktif, sehingga menghasilkan pemahaman bersama yang lebih baik demi kemaslahatan umat dan tentunya hanya melalui sistem islam. 

Acara ini berhasil mengumpulkan berbagai tokoh dan masyarakat untuk berdiskusi dan berbagi pandangan, sehingga menjadi langkah positif dalam membangun komunikasi yang inklusif dan terbuka di antara berbagai kelompok.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *