Bekasi Kota Santri, Menolak Kemusyrikan dan Penistaan Agama

oleh

Media-AnakNegeri — Kota Bekasi yang dikenal sebagai salah satu kota santri di Jawa Barat, kembali menegaskan komitmennya dalam menjaga kemurnian akidah Islam melalui acara diskusi dan silaturahmi yang digelar di Islamic Center Kota Bekasi pada Senin, 28 Oktober 2024. Acara yang bertema “Bekasi Kota Santri Menolak Kemusyrikan dan Penistaan Agama” ini mengundang perhatian masyarakat luas dan dihadiri oleh berbagai kalangan, mulai dari ulama, habaib, tokoh masyarakat, hingga warga Bekasi yang memenuhi ruangan.

Acara ini menjadi wadah bagi para pemuka agama di Kota Bekasi untuk berkumpul dan menyuarakan pentingnya menjaga keimanan umat serta menolak segala bentuk kemusyrikan dan penistaan agama. Para pembicara dalam acara ini adalah tokoh-tokoh terkemuka yang dikenal luas di kalangan umat Islam, yaitu Ustadz Drs. Abu Deedat Syihabudin, Ustadz Aang Kunaedi, dan KH. Muhammad Dahlan. Ketiga tokoh ini hadir memberikan pemahaman yang mendalam mengenai bahaya kemusyrikan dan kewajiban menjaga tauhid sesuai ajaran Islam.

Diskusi ini merujuk kepada firman Allah dalam Al-Qur’an Surat Ar-Rum ayat 31-32, yang menjadi landasan teologis bagi penolakan terhadap segala bentuk kemusyrikan dan perpecahan dalam agama. Dalam ayat tersebut, Allah berfirman:

“dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, (yaitu) orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan, setiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada sisi mereka masing-masing.”

Ustadz Drs. Abu Deedat Syihabudin, yang menjadi pembicara pertama, menekankan pentingnya memurnikan akidah dan menjaga agar umat Islam tidak terjerumus ke dalam bentuk-bentuk kemusyrikan yang sering kali disusupkan melalui kebiasaan atau tradisi yang bertentangan dengan tauhid. “Kita sebagai umat Islam harus selalu memperbaharui iman dan ilmu agar terhindar dari hal-hal yang bisa mengaburkan tauhid kita. Kemusyrikan adalah dosa besar yang tidak dapat diampuni jika tidak disadari dan ditinggalkan,” tegas Ustadz Abu Deedat.

Selanjutnya perwakilan dari Khilafatul Muslimin mengingatkan pentingnya bersatu dalam Kekhalifahan dan tidak terpecah-belah dalam berbagai golongan yang bisa melemahkan kekuatan umat Islam. “Kemusyrikan tidak hanya sebatas pada penyembahan berhala, namun juga bentuk penyimpangan yang bisa mengarahkan kita pada ketergantungan kepada selain Allah. Kita harus tetap berpegang teguh pada akidah dan tidak terjebak dalam pemikiran-pemikiran yang melemahkan keimanan kita,” paparnya.

KH. Muhammad Dahlan, sebagai pembicara terakhir, menyerukan agar umat Islam tetap bersatu untuk menjaga kemurnian ajaran Islam dan tidak mudah terbawa arus yang bisa merusak keimanan. Ia menekankan bahwa penistaan terhadap agama harus dilawan dengan pemahaman yang mendalam serta kesadaran untuk tidak terpecah-belah. “Kita wajib menjaga akidah kita dari segala bentuk penistaan dan kekeliruan. Persatuan umat adalah benteng terbaik dalam menjaga agama dari segala bentuk penyimpangan,” ungkap KH. Muhammad Dahlan dengan penuh semangat.

Acara ini bukan hanya sebagai pertemuan biasa, tetapi juga menjadi simbol persatuan umat Islam di Bekasi untuk terus menjaga nilai-nilai Islam yang murni. Bekasi sebagai kota santri memiliki tanggung jawab besar dalam menjaga akidah umat serta menolak segala bentuk penyimpangan yang bisa merusak ajaran Islam.

Para ulama dan tokoh agama yang hadir berharap acara serupa akan terus digelar sebagai bentuk pendidikan dan penguatan bagi umat Islam dalam menghadapi berbagai tantangan zaman. Dengan semangat persatuan yang ditunjukkan pada acara ini, diharapkan masyarakat Bekasi dan umat Islam secara umum semakin kuat dalam menjaga kemurnian ajaran Islam dan menjauhi segala bentuk kemusyrikan serta penistaan agama.

[Media-AnakNegeri – Faisal Saifullah Melaporkan]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *