,

Membedah Krisis Suriah: Demokrasi Sebagai Racun dan Solusi Islam sebagai Jalan Keluar

oleh

Media-AnakNegeri — Suriah adalah negeri yang dulunya dikenal sebagai tanah para nabi, kini menjadi saksi salah satu krisis kemanusiaan terbesar di abad ini. Lebih dari satu dekade konflik telah menghancurkan negeri itu, meninggalkan jejak kehancuran fisik dan moral. Di tengah berbagai upaya mencari solusi atas penderitaan rakyatnya, istilah “demokrasi” terus digaungkan oleh berbagai pihak sebagai jalan keluar.

Namun, bagi sebagian besar rakyat Suriah yang berpegang teguh pada ajaran Islam, demokrasi justru dipandang sebagai ancaman besar yang merusak nilai-nilai keimanan mereka.

Istilah “demokrasi” telah menjadi mantra global yang didorong oleh kekuatan besar dunia. Dengan janji kebebasan, keadilan, dan kemakmuran, demokrasi dianggap sebagai sistem ideal untuk mengatur kehidupan manusia.

Namun, bagi rakyat Suriah yang telah lama hidup di bawah bayang-bayang konflik dan intervensi asing, demokrasi adalah racun yang disuntikkan untuk melemahkan umat Islam.

Gagasan demokrasi yang berakar pada kapitalisme menjadikan manusia sebagai pembuat hukum, menggantikan hukum Allah yang Maha Sempurna.

Sistem ini tidak hanya bertentangan dengan keyakinan Islam, tetapi juga menjadi alat penjajahan ideologi yang memisahkan agama dari kehidupan.

Demokrasi mengabaikan nilai-nilai ilahiah, menggantinya dengan aturan-aturan buatan manusia yang sering kali sarat dengan kepentingan pribadi dan kelompok tertentu.

PBB, sebagai lembaga internasional yang sering menjadi corong kepentingan negara-negara besar, terus mendorong transisi demokrasi di Suriah melalui berbagai resolusi. Dukungan ini juga datang dari negara-negara seperti Indonesia, yang mendukung perubahan menuju pemerintahan demokratis.

Bahkan, Menteri Luar Negeri Turki, Hakan Fidan, dalam sebuah pernyataannya dengan tegas menyebutkan bahwa demokrasi adalah tujuan utama: “That is exactly what we want, we want both a civilian and democratic state.”

Pernyataan ini mencerminkan bagaimana demokrasi dipaksakan sebagai satu-satunya jalan keluar, meskipun rakyat Suriah sendiri tidak sepenuhnya menerimanya.

Demokrasi, yang sering kali diidentikkan dengan kebebasan dan keadilan, sebenarnya telah terbukti gagal dalam banyak aspek.

Sistem ini menciptakan ketimpangan ekonomi yang ekstrem, di mana segelintir elit menguasai kekayaan, sementara mayoritas rakyat hidup dalam kemiskinan.

Demokrasi juga menjadi alat bagi negara-negara besar untuk mengontrol negara-negara kecil melalui intervensi politik dan ekonomi.

Di Suriah, penerapan demokrasi tidak hanya bertentangan dengan nilai-nilai Islam, tetapi juga memperburuk konflik yang ada. Demokrasi membuka jalan bagi kepentingan asing untuk masuk, menciptakan ketidakstabilan yang terus berlanjut.

Sistem ini tidak mampu memberikan solusi nyata bagi rakyat Suriah yang mendambakan keadilan dan kesejahteraan.

Di tengah kegagalan demokrasi, Islam menawarkan solusi yang komprehensif melalui penerapan syariat Allah secara kaffah. Sistem Allah, yang diwujudkan dalam bentuk Khilafah, adalah tata kelola pemerintahan yang berlandaskan pada wahyu dan hukum-hukum Allah.

Sistem ini telah terbukti mampu membawa keadilan dan kesejahteraan selama berabad-abad, sebelum akhirnya digantikan oleh sistem sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan.

Khilafah bukan hanya sistem politik, tetapi juga sistem kehidupan yang menyeluruh. Dalam Khilafah, hukum Allah menjadi pedoman utama dalam mengatur segala aspek kehidupan, mulai dari politik, ekonomi, hingga hubungan sosial.

Sistem ini menjamin hak-hak seluruh rakyat, termasuk non-Muslim, dan menolak segala bentuk eksploitasi manusia atas manusia lainnya.

Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an:

> “Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Maidah: 45)

Ayat ini menjadi pengingat bahwa hanya dengan kembali kepada hukum Allah, keadilan sejati dapat terwujud. Sistem Allah adalah satu-satunya yang cukup bagi mereka yang memahami kebenaran.

Pelajaran dari Suriah untuk Umat Islam

Krisis Suriah adalah cerminan dari apa yang terjadi ketika umat Islam meninggalkan ajaran Allah dan menerima sistem buatan manusia.

Namun, di tengah kegelapan ini, perjuangan rakyat Suriah menjadi inspirasi bagi umat Islam di seluruh dunia untuk kembali kepada Islam yang murni.

Kini, umat Islam dituntut untuk bersatu dan menolak segala bentuk penjajahan ideologi yang bertentangan dengan syariat Allah. Demokrasi bukanlah solusi, tetapi alat untuk menjauhkan umat dari Islam.

Hanya dengan kembali kepada sistem Allah, umat Islam dapat bangkit dari keterpurukan dan meraih kemuliaan yang dijanjikan-Nya.

Sebagaimana firman Allah:

> “Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam.” (QS. Ali Imran: 19)

Kesimpulan

Suriah adalah pengingat bagi umat Islam bahwa demokrasi bukanlah solusi sejati, melainkan racun yang menghancurkan nilai-nilai Islam.

Saatnya umat Islam menyadari bahwa hanya dengan penerapan syariat Allah secara kaffah, keadilan dan kesejahteraan sejati dapat terwujud.

Semoga perjuangan rakyat Suriah menjadi titik balik bagi umat Islam untuk kembali kepada ajaran Islam yang murni dan memperjuangkan penerapan sistem Allah di seluruh aspek kehidupan.

Eghi Wibowo

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *