Saat kita berada dalam suasana yang emosional dan cenderung membawa segalanya ké Garis ekstrem, mungkin sudah masanya untuk kita belajar kembali memahami segala sesuatu dengan “akal sehat” dan “penglihatan yang imbang”. Memang, disaat fanatisme meninggi karena ragam faktor, termasuk faktor politik, akal cenderung dikecilkan bahkan dikucilkan. Akibatnya penglihatan menjadi sempit, bahkan kabur melihat kebenaran. Demikian juga ketika kita berbicara tentang khilafah, pada umumnya umat memahaminya bahwa khilafah adalah sebuah negara. Maka dengan demikian akan menyebabkan penyempitan terhadap makna khilafah itu sendiri, karena khilafah itu adalah fil ardh sebagaimana yang telah Allah sebutkan dalam Al -Quran surat 2:30.
Ayat tersebut menjelaskan, tujuan utama penciptaan manusia yang pertama adalah menjadi khalifah dimuka bumi dan akan mempertanggung jawabkan tugas kekhalifahannya itu dihadapan Allah.
Islam memandang manusia sebagai makhluk yang mulia dan bermartabat diberi tanggung jawab untuk mengelola kehidupan dimuka bumi atau dalam istilah Al-Quran disebut khalifah fil ardh, dan tugas utama sebagai khalifah adalah mewujudkan kemakmuran, kesejahteraan dan kedamaian bagi semua makhluk dialam semesta (rahmatan lil alamiin).
Kemudian tujuan utama penciptaan manusia yang kedua adalah untuk beribadah, sebagaimana Allah SWT sebutkan dalam Al Qur’an surat 55:56. Ayat ini menegaskan bahwa Allah tidaklah menjadikan jin dan manusia melainkan untuk beribadah.
Kemudian, apa korelasi/hubungan antara tujuan dari penciptaan manusia sebagai khalifah fil ardh dan ibadah????
Yaitu, manusia dikatakan beribadah kepada Allah apabila berusaha mewujudkan kekhalifahannya dimuka bumi ini, dan justru sebaliknya manusia disebut bermaksiat atau durhaka kepada Allah SWT, apabila manusia itu menghalangi, menolak atau tidak menegakkan kekhalifahan Allah SWT dimuka bumi ini.
Lantas, apakah alasan-alasan yang menyebabkan umat ini, mayoritas memahami bahwa khilafah itu adalah sebuah negara???
Maka, dari hasil dialog bersama berapa umat islam pada umumnya kita dapat menarik garis kesimpulan, yaitu, bahwa yang dijadikan rujukannya adalah sejarah khalifah pertama setelah kenabian/Nabi muhammad saw yaitu khalifah abu bakar ash shiddiq, yang pada dasarnya sebagai pelanjut estafeta perjuangan Rasulullah saw pada waktu itu, dan memiliki wilayah yaitu madinah. Dari sinilah dipahami oleh kebanyakan umat bahwa Rasulullah saw dan para sahabat memiliki wilayah kekuasaan dimadinah disebut sebagai daulah/negara madinah padahal madinah itu sebuah tempat atau kota seperti halnya mekkah yang berada dibawah negara Arab saat ini.
Maka itulah kami melihat betapa pintarnya musuh-musuh islam mencekoki umat islam dengan pemahaman-pemahaman bahwa khilafah adalah sebuah negara, sehingga yang ada dibenak pikiran umat islam pada umumnya adalah bahwa khilafah itu negara, padahal bukan!!! Berkhilafah itu dalam rangka untuk beribadah dan sebagai kewajiban yang memiliki sebuah konsekuensi yaitu harus dilaksanakan oleh orang-orang beriman dan jika tidak akan bernilai dosa dihadapan Allah SWT.
Dan yang kedua berkhilafah adalah dalam rangka untuk melaksanakan perintah Allah yaitu ber’itishom bihablillaahi jaami’an wala tafarraqu sebagaimana dalam alQur’an surat 3 ayat 103 dan ini juga termasuk jawaban perintah Allah dalam ayat sebelumnya yaitu ayat 102, agar dapat bertakwa kepada Allah dengan sebenar-benarnya Taqwa dan tidak mati melainkan dalam keadaan berserah diri kepada Allah SWT.
Waallahu alam bishshowwab
Supriono Hadi – Penulis