Perbatasan Gaza Ditutup: Rakyat Dicekik, Dunia Masih Diam

oleh

Media-AnakNegeri — Gaza kembali terkunci rapat. Sudah seminggu penuh perbatasan ditutup, seolah mengirimkan pesan kejam: “Silakan mati pelan-pelan, wahai rakyat Gaza!”

Blokade ini lebih dari sekadar penutupan perbatasan. Ia adalah jerat yang semakin kuat di leher penduduk Gaza, membuat harga kebutuhan pokok melonjak tak terkendali. 

Makanan, obat-obatan, bahan bakar—semuanya semakin langka, sementara antrean panjang untuk sekadar mendapatkan sepotong roti kini menjadi pemandangan sehari-hari.

Di tengah krisis ini, dunia hanya mengamati. Laporan demi laporan keluar, foto-foto memilukan tersebar di media sosial, tapi apakah ada perubahan? Tidak.!!

Negara-negara Muslim, yang seharusnya menjadi perisai bagi Palestina, malah sibuk dengan urusan masing-masing.

Menunggu Imam Mahdi? Atau Bertindak Sekarang?

Sudah waktunya kita berhenti berharap pada mukjizat semata. Islam tidak pernah mengajarkan umatnya untuk pasrah tanpa usaha. Jika ada yang masih beranggapan bahwa solusi bagi Palestina adalah menunggu turunnya Imam Mahdi atau campur tangan malaikat, maka ada yang keliru dalam memahami ajaran Islam.

Perjuangan membela Palestina bukan sekadar soal doa dan sedekah. Islam tidak pernah mengajarkan umatnya untuk duduk manis saat saudara-saudara mereka dibantai. Pertanyaannya: Apa yang kita tunggu?

Islam dan Kewajiban Membela Saudaranya

Islam menuntut lebih dari sekadar simpati. Sejarah mencatat bagaimana Rasulullah dan para sahabat tidak tinggal diam ketika umat Islam ditindas. Jika kita benar-benar mengaku Muslim, maka seharusnya kita bertanya pada diri sendiri:

  1. Apa yang Islam perintahkan kepada kita dalam situasi ini?
  2. Apakah kita lebih suka tunduk pada tekanan musuh-musuh Islam atau bertindak sesuai ajaran agama kita?

Rakyat Palestina tidak butuh belas kasihan. Mereka butuh tindakan nyata, mereka butuh solidaritas yang lebih dari sekadar unggahan di media sosial.

Dunia boleh diam, tapi kita tidak seharusnya begitu. Saatnya berhenti berharap pada mukjizat dan mulai bertindak. Palestina menunggu kita.

Eghi Wibowo

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *