Media-AnakNegeri // Lampung, 22 November 2024 — Lebih dari 50 pemimpin negara Arab-Muslim berkumpul dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Arab-Islam, (11/11/2024). Pertemuan yang seharusnya menjadi momen bersejarah untuk memperjuangkan nasib rakyat Palestina kembali menuai kritik. Tempat yang sama, wajah-wajah yang sama, dan diskusi yang tak jauh berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya.
Setahun pasca-tragedi 7 Oktober yang menewaskan ribuan warga Gaza, dunia Muslim kembali hanya mengeluarkan kecaman kosong. Resolusi yang dihasilkan, berupa seruan kepada PBB untuk bertindak lebih tegas, dinilai sebagai bentuk pengalihan tanggung jawab, mengingat PBB sendiri adalah pihak yang turut melahirkan entitas Zionis sejak awal.
Banyak yang mempertanyakan keberanian para pemimpin Muslim. Dengan sumber daya yang melimpah, kekuatan diplomatik, hingga jutaan tentara yang bisa digerakkan, mengapa mereka masih memilih diam? Gaza terus terkubur dalam darah, sementara dunia Muslim seakan membiarkan tragedi itu berlalu begitu saja.
Penyair Irak Muthaffar Al-Nawab pernah menggambarkan situasi ini dengan tajam:
“KTT, KTT, KTT—sekumpulan kambing dan domba. Ada Yang Mulia sang domba jantan, Yang Terhormat sang domba betina, dan seekor keledai membuka sidang.” Kata-kata ini menggema lagi di tengah kekecewaan terhadap KTT tahun ini.
Bagi banyak pihak, sikap ini bukan sekadar kelemahan. Diamnya mereka di tengah penderitaan Gaza adalah bentuk pengkhianatan terhadap amanah umat. Ketika solidaritas Muslim dibutuhkan, KTT kembali gagal menjadi wadah bagi solusi nyata, meninggalkan luka yang semakin dalam di hati jutaan rakyat Palestina dan umat Muslim di seluruh dunia.