Media-AnakNegeri // Lampung – Berbicara tentang penjajahan di Indonesia, banyak yang mengenal Belanda dan Jepang sebagai bangsa-bangsa yang pernah menduduki Nusantara. Namun, ada sejarah yang mungkin luput dari perhatian: bangsa pertama yang menjajah Indonesia bukanlah Belanda atau Jepang, melainkan Portugis. Sebelum proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, Portugis tercatat sebagai bangsa Eropa pertama yang tiba dan menguasai beberapa wilayah Nusantara.
6 Negara yang Pernah Menjajah Indonesia
Dalam perjalanan panjang menuju kemerdekaan, Indonesia mengalami penjajahan oleh beberapa negara secara berurutan, yaitu Portugis, Spanyol, Belanda, Prancis, Inggris, dan Jepang. Masing-masing bangsa ini meninggalkan jejak dan pengaruh yang berbeda dalam sejarah dan budaya Indonesia.
Sejarah Masuknya Portugis ke Indonesia
Bangsa Portugis mulai memasuki Indonesia pada awal abad ke-16. Pada saat itu, Eropa mengalami kemajuan besar dalam teknologi pelayaran. Portugal, sebagai salah satu bangsa yang unggul dalam ilmu navigasi dan pembuatan kapal, berhasil mengarungi lautan untuk mencari rempah-rempah yang kala itu sangat dicari di Eropa.
Pada tahun 1509, orang-orang Portugis pertama kali mendarat di Kepulauan Nusantara, khususnya di wilayah Maluku yang terkenal dengan kekayaan rempah-rempahnya. Kedatangan ini bukan hanya sebagai pedagang, tetapi menjadi awal dari kolonialisme Eropa di Indonesia.
Pada 1511, di bawah pimpinan Alfonso de Albuquerque, Portugis berhasil menaklukkan Malaka yang strategis sebagai jalur perdagangan rempah-rempah. Setelah menguasai Malaka, mereka mulai menyebar ke timur, mencari daerah penghasil rempah lainnya di Nusantara.
Ekspansi Portugis ke Maluku dan Kerjasama dengan Kerajaan Ternate
Setelah menduduki Malaka, Portugis mengirim ekspedisi ke wilayah timur Indonesia yang kaya akan rempah, terutama cengkih. Mereka tiba di Maluku dan kemudian membangun hubungan diplomatik dan perdagangan dengan Kerajaan Ternate.
Saat itu, Ternate yang berkonflik dengan Kerajaan Tidore melihat kesempatan untuk bersekutu dengan Portugis. Pada 1522, perjanjian dagang antara Portugis dan Ternate pun terjalin, yang memberikan Portugis hak monopoli atas perdagangan cengkih.
Portugis kemudian mendirikan benteng di wilayah Ternate untuk melindungi kepentingan dagang mereka. Selain monopoli perdagangan, Portugis juga menyebarkan agama Kristen Katolik, dengan tokoh-tokoh misinya seperti Franciscus Xaverius. Penyebaran agama Kristen di Maluku menjadi salah satu warisan yang cukup bertahan lama di wilayah ini.
Konflik dengan Ternate dan Akhir Kekuasaan Portugis
Awalnya, hubungan Portugis dengan Ternate berjalan lancar, namun seiring waktu, Portugis mulai bertindak sewenang-wenang. Mereka mengabaikan kesepakatan perdagangan yang ada dan memberlakukan monopoli yang merugikan masyarakat setempat.
Ketegangan ini memuncak pada 1570 ketika Portugis membunuh Sultan Hairun, Raja Ternate. Tindakan ini memicu kemarahan besar dan mendorong putra Sultan Hairun, yaitu Sultan Baabullah, untuk melancarkan perlawanan.
Di bawah pimpinan Sultan Baabullah, rakyat Ternate dan Maluku melancarkan perjuangan yang akhirnya berhasil mengusir Portugis pada tahun 1575. Kekalahan ini memaksa Portugis untuk mundur dari Maluku dan meninggalkan wilayah Indonesia, kecuali sebagian kecil wilayah di Timor Timur yang tetap di bawah kendali mereka hingga abad ke-20.
Peninggalan dan Pengaruh Portugis di Indonesia
Meskipun kekuasaan Portugis di Indonesia tidak berlangsung lama dibandingkan dengan Belanda, pengaruh budaya mereka masih terlihat hingga kini, terutama di kawasan Indonesia bagian timur.
Musik keroncong yang romantis dengan iringan gitar dipercaya dipengaruhi oleh musik balada Portugis. Dalam bahasa Indonesia, beberapa kata berasal dari bahasa Portugis, seperti “pesta,” “sabun,” “meja,” dan “bendera.”
Selain itu, masih banyak nama keluarga di Ambon dan daerah lain yang berasal dari Portugis, seperti da Costa, Dias, de Fretas, dan Rodriguez. Agama Katolik yang mereka perkenalkan juga masih dianut oleh sebagian masyarakat di kawasan timur Indonesia.
Benteng dan Bangunan Warisan Portugis
Selain peninggalan budaya, beberapa benteng yang didirikan oleh Portugis masih bisa dilihat hingga saat ini. Misalnya, Benteng Tolukko di Ternate Utara dan Benteng Kalamata di Ternate Selatan. Benteng Kalamata, yang juga dikenal sebagai Benteng Santa Lucia, dibangun pada 1540 sebagai pusat pertahanan Portugis.
Di Sulawesi Utara, peninggalan Portugis juga dapat ditemukan di Penjara Kema di Minahasa Utara, yang merupakan penjara kolonial berusia ratusan tahun dan masih bertahan hingga saat ini.
Pengakuan Negara Asing atas Kemerdekaan Indonesia
Setelah perjuangan panjang melawan penjajahan, Indonesia akhirnya merdeka pada tahun 1945. Selain kisah bangsa pertama yang menjajah, menarik juga melihat negara-negara yang pertama kali mengakui kemerdekaan Indonesia.
Mesir adalah salah satu negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia, diikuti oleh India, Palestina, dan negara-negara lainnya. Pengakuan dari negara-negara sahabat ini memberikan legitimasi yang lebih kuat atas kedaulatan Indonesia di mata dunia.
Perjalanan bangsa Indonesia menuju kemerdekaan adalah kisah panjang yang melibatkan perlawanan, diplomasi, dan pengaruh budaya. Meski kekuasaan Portugis telah lama berakhir, jejak mereka masih bisa ditemukan dalam kehidupan masyarakat Indonesia, dari musik hingga bahasa, serta dalam berbagai bangunan bersejarah.
Penjajahan Portugis di Nusantara adalah bukti bahwa kolonialisme tak hanya soal penaklukan, tetapi juga pertukaran budaya yang kadang tak terelakkan, membentuk jati diri Indonesia hingga kini.Red